
Administrasi gereja sering dianggap sebagai pelayanan 'kurang penting' dalam sebuah pelayanan gerejawi, tapi sebenarnya ini adalah jantung yang memompa kehidupan ke dalam pelayanan gereja. Administrasi gereja bukan hanya soal data, dokumen, dan keuangan melainkan tulang punggung dari seluruh pelayanan. Administrasi gereja yang baik akan memastikan segala sesuatu berjalan tertib, efisien, dan terarah, sehingga pelayanan bisa dilakukan dengan maksimal.
Buku Induk Gereja merupakan salah satu elemen penting dalam administrasi gereja Kristen, khususnya di Indonesia. Buku ini tidak hanya sekadar catatan administratif di atas kertas saja tetapi juga - apabila terdokumentasikan dengan baik - mampu menjadi catatan sejarah perjalanan sebuah gereja. Dari buku induk inilah gereja dapat memperoleh data berapa jumlah jemaat sebenarnya, sekaligus memetakan area tempat tinggal yang berguna bagi pelayanan gereja.
Seorang pendeta pernah berbagi kisah tentang perjuangannya menerbitkan Warta Gereja. Ironisnya, penolakan awal justru datang dari para majelis. Namun setelah terbit, respon warga gereja sungguh berbeda—mereka bersyukur dan terus menantikan edisi-edisi berikutnya.
Gereja bukan sekadar tempat ibadah dengan mimbar dan bangku jemaat. Ia adalah persekutuan orang-orang percaya sebagai satu tubuh di dalam Kristus. Sejak peristiwa Pentakosta (Kisah Para Rasul 2), gereja tumbuh sebagai komunitas iman yang aktif dan hidup. Rasul Paulus menyebutnya sebagai Tubuh Kristus (1 Korintus 12:12–27), di mana setiap anggota saling melengkapi.